Pinjaman untuk konsumer (pihak yang memakai barang/jasa yang dibeli dengan pinjaman) bisa untuk aset fisik yang nilainya cenderung meningkat (misalnya rumah), untuk aset yang bisa digunakan dalam jangka panjang dan harganya turun perlahan (misalnya mobil, motor), untuk barang yang digunakan secara produktif (misalnya komputer), untuk kemudahan dan kenikmatan dalam hidup (misalnya TV, AC, home appliances), untuk melanjutkan kehidupan (misalnya makanan, pakaian), dan bahkan untuk kesenangan (misalnya tas, sepatu, liburan, dsb.).
Pinjaman untuk aset fisik yang berharga mahal dan dengan jangka waktu pinjaman yang cukup lama umumnya bernilai mempunyai risiko yang lebih tinggi. Sehingga perlu waktu untuk mengadakan penilaian kelayakan. Tetapi begitu hasil penilaian kelayakan memenuhi syarat, maka beban biaya pinjaman akan relatif kecil karena risiko kredit juga relatif kecil.
Sebaliknya, pinjaman yang tidak memperdulikan apa yang akan dibeli dengan dana hasil pinjaman pasti akan punya risiko yang tinggi. Karena itu umumnya mempunyai beban biaya yang tinggi dan jangka waktu yang pendek. Kompensasinya, prosesnya mudah dan cepat. Sayangnya kemudahan dan kecepatan ini membuat peminjam tidak berpikir cukup panjang, sehingga sering mengambil risiko dan beban biaya yang berlebihan.
Jadi berikut ini pedoman dalam memilih pinjaman cepat yang lebih tepat:
- Pertama, walaupun kelihatannya prosesnya mudah banget, tetap aja yang namanya hutang itu harus dilunasin. Jadi jangan pakai pinjaman cepat untuk beli barang yang tidak memberikan manfaat ekonomi apalagi untuk melunasi hutang pinjaman lainnya. Jangan “gali lobang untuk tutup lobang”. Tidak akan ada akhirnya.
- Kedua, pikirkan apa yang akan terjadi dengan kondisi keuangan Anda selama masa membayar kembali pinjaman cepat ini.
- Ketiga, setelah dananya cair, jangan tergoda untuk pake dana itu buat hal lain. Apalagi untuk yang konsumtif. Fokus pada rencana yang memberi manfaat ekonomi sesuai dengan permohonan pembiayaan itu.
- Keempat, disiplin dalam membayar kewajiban angsuran. Jangan ambil risiko.
Terakhir, pelajari dengan baik ketentuan perjanjian mengenai mekanisme penyelesaian sengketa dan mitigasi risiko. Sehingga bisa mengambil keputusan yang bijaksana

