Jaman dulu, sebagian besar orang bercita-cita jadi karyawan, karir nanjak, bisa jadi Direktur. Jaman sekarang, anak muda lebih senang mengembangkan ide dan pemikiran sendiri. Lebih banyak yang bikin start-up, bikin usaha sendiri atau bareng temen. Bahkan yang kerja di perusahaan ataupun jadi ASN juga banyak yang punya sampingan. Nah akibatnya, jaman dulu penghasilan itu identik dengan gaji + tunjangan + bonus + komisi. Tapi sekarang . . . ?
Penghasilan itu bukan hanya gaji. Apalagi buat mereka yang gak gajian, karena penghasilan diperoleh dari keuntungan usaha maupun dari honor/fee kerja profesi. Dan penghasilan dari yang bukan gajian itu berbeda dengan gaji. Bisa naik, bisa turun, tergantung pada hasil usaha atau kerjaan yang diperoleh. Jadi yang gajian adalah berpenghasilan tetap alias fixed-income earner, yang bukan gajian adalah berpenghasilan tidak tetap alias non fixed-income earner.
Sebenarnya yang punya gaji + tunjangan + bonus + komisi juga ada ketidak-pastian dalam penghasilan dari bonus + komisi. Tergantung pada kinerja atau prestasi, khususnya terkait pemasaran. Walaupun angkanya bisa naik-turun, tetapi karena diperoleh dari pemberi kerja (perusahaan, instansi), maka ada bukti penghasilan tahunan yang juga jadi dasar penyusunan SPT Pajak.
Berarti yang non fixed-income earner juga bisa membuat catatan atas penghasilan tahunan. Kalau yang fixed-income earner dapat catatan dari pemberi kerja, maka yang non fixed-income earner harus kreatif. Salah satu dokumen yang dipercaya adalah laporan rekening bank, lazim disebut sebagai rekening koran. Kalau SLIK mencatat riwayat kredit selama 24 bulan terakhir, maka non fixed-income earner juga harus siapkan rekening koran untuk 24 bulan terakhir. Jadi, semua penghasilan disetorkan dulu ke rekening bank, lebih baik satu rekening khusus. Sehingga semua penghasilan dapat tercatat dengan rapi di laporan rekening koran, dan bisa dibuatkan ringkasan penghasilan menurut jenis penghasilan. Aman khan ??
